Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tidak ada anak nakal yang ada ini ...

Tidak ada anak nakal yang ada anak istimewa

Anak merupakan titipan Allah kepada orang tua yang harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya. Anak juga merupakan anugrah terindah dalam hidup. Lantas jika ada anak yang keberadaannya sering membuat gaduh atau berbuat tidak sesuai keinginanan orang tua itu semata-mata karena kesalahan orang tua yang tidak bisa mendidiknya dengan baik?

Dalam pembahasan psikologi, tidak ada istilah yang namanya anak nakal, bahkan mereka hanya di definisikan sebagai anak yang istimewa, anak yang banyak tingkah, dan anak yang aktif. Hanya saja aktifnya terlalu berlebihan.

Psikoterapis dan penulis buku psikologi 13 Things Mentally Strong People Don’t Do, Amy Morin, menyebut ada sepuluh alasan di balik perilaku istimewanya pada anak-anak, yaitu:

1. Meminta perhatian

Ketika anak-anak menginginkan perhatian dari orangtua dan tidak mendapatkannya, maka mereka mengamuk atau memukul adalah salah satu cara yang dipilih. Meskipun tahu bakal dimarahi setelah melakukan perbuatan itu, anak-anak tetap menjadikannya sebagai cara untuk mendapat perhatian.

Mereka ingin orang dewasa di sekitar mereka melihat, berbicara dan memberikan perhatian penuh pada mereka.

Untuk orangtua, cara untuk meredam kebiasaan anak seperti ini adalah dengan bereaksi positif saat mereka menunjukkan haus perhatian.

2. Mencontoh orang lain

Anak-anak belajar bersikap dengan cara melihat orang lain. Baik itu dengan cara menyaksikan aksi-aksi nakal teman di sekolah atau dari tontonan di televisi.

Karena itu sangat penting bagi orangtua untuk membatasi apa yang mereka lihat. Pantau apa yang anak-anak tonton di televisi, video game yang dimainkan, atau bahkan yang mereka saksikan lewat internet.

3. Menguji kesabaran

Ketika orangtua menetapkan aturan pada anak mengenai apa saja yang tidak boleh mereka lakukan, anak-anak umumnya ingin mengetahui seberapa serius orang tua mereka dengan aturan tersebut.

Tidak jarang anak-anak sengaja bersikap aktif untuk mengetahui apa hukumannya jika mereka tidak mengikuti aturan.

Artinya, penting bagi orangtua untuk membuat batasan yang jelas dan menyampaikan konsekuensi hukuman yang akan mereka berikan jika si anak melanggar aturan.

Kalau anak-anak merasa orangtua mereka tidak serius dengan aturan tersebut, besar kemungkinan anak akan sengaja melanggarnya.

4. Minim keterampilan

Terkadang masalah perilaku anak muncul karena kurangnya keterampilan yang dimilikinya. Seorang anak yang minim kemampuan bersosialisasi bisa saja memukul anak yang lain ketika dia merasa tidak senang.

Sama halnya dengan anak yang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Biasanya mereka memilih tidak mau membereskan kamar mereka ketika dia mendapati mainannya tidak lagi muat dalam kotak mainan.

Jika sudah seperti ini, orangtua harus mengajarkan kedisiplinan dan keterampilan lain kepada anak.

Ketika anak berlaku istimewa, sebaiknya ajarkan apa yang seharusnya dia lakukan, daripada mengajarkan tentang konsekuensi yang harus diterimanya karena sikapnya itu.

5. Tidak mampu mengendalikan emosi

Anak-anak sering tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan atas perasaan yang mereka miliki. Akhirnya mereka pun lebih mudah merasa marah dan menjadi agresif.

Bahkan, anak-anak pun dapat bersikap berlebihan ketika merasa senang, tertekan, ataupun bosan. Anak-anak harus diberitahu tentang cara yang sehat ketika merasa sedih, kecewa ataupun cemas.

6. Ingin merasa bebas

Anak sering melanggar aturan karena ingin merasa bebas.

Semakin berkembang, anak pun ingin meluaskan daerah kekuasaannya. Lagi-lagi, pembelajaran tentang disiplin dan bimbingan dari orangtua sangat penting untuk mengingatkan bahwa anak-anak belum membutuhkan kebebasan seperti yang mereka pikirkan.

Anak-anak prasekolah, misalnya. Mereka sering ingin memamerkan keterampilan baru mereka. Seiring bertambahnya usia, mereka pun ingin menunjukkan kemandirian. 

Biasanya, karakter lebih argumentatif dari sebelumnya pun muncul.

7. Menunjukkan kekuasaan

Perilaku menantang dan argumentatif sering muncul ketika seorang anak mencoba mendapatkan kembali kekuasaannya.

Misalnya ketika anak menolak untuk disuruh membersihkan kamar karena enggan beranjak dari depan televisi.

Orangtua dapat menawarkan anak dengan dua pilihan seperti, apakah dia lebih suka membersihkan kamar sekarang atau setelah acara televisi selesai.

Cara ini dapat mengurangi anak mengeluarkan banyak argumen sekaligus meningkatkan kemungkinan perilaku patuh pada instruksi.

8. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Saat anak-anak merasa lapar, lelah atau sakit, perilaku buruk biasanya mengikuti.

Dengan begitu, orangtua dapat melakukan pencegahan dengan mencaritahu apa kebutuhan anak yang belum dipenuhi ketika mereka mendadak marah.

9. Senjata untuk mendapatkan yang diinginkan

Menyuruh anak agar tidak menangis atau merengek di mal dengan membelikan mainan yang mereka minta adalah sikap yang dapat membuat anak percaya diri bahwa cara tersebut akan membuat orangtua menuruti keinginannya.

Menyampaikan penjelasan kepada anak tentang perbandingan penting atau tidaknya membeli satu barang dapat menjadi cara yang efektif untuk menangani hal tersebut.

10. Memiliki masalah mental

Terkadang anak-anak memiliki masalah kesehatan mental yang menjadi penyebab perilaku mereka bermasalah.

Sebut saja ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta sulit memusatkan perhatian.

Cara mendidik anak Istimewa

Mendidik anak yang istimewa dan aktif untuk menjadi penurut tidaklah mudah. Kebanyakan orang tua menghadapinya cenderung menggunakan kekerasan sebagai solusi untuk mengendalikan anak.

Penyebab anak menjadi penurut atau istimewa sedikit banyak dipengaruhi oleh campur tangan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Untuk itu pola asuh dalam mendidik akan mempengaruhi karakter mereka. Anak sejak dini harus di didik dengan baik dan di jauhkan dari lingkungan atau hal yang buruk.

Dalam menerapkan pola asuh orang tua harus mendidik anak yang aktif menjadi penurut tapi tidak dilakukan dengan jalan kekerasan. Ataupun memberi predikat “Nakal” kepada anak.

Selain cara mendidik yang salah, penyebab anak istimewa yaitu:

Anak yang kurang kasih sayang dari orang tua.

Terkadang orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak menjadi kurang perhatian. Anak akan cenderung mencari perhatian dari orang lain termasuk di luar lingkungannya.
Orang tuanya tidak harmonis atau bercerai

Perceraian yang tidak bisa dihindari memang sangat berat dijalani, tapi ini menjadi salah satu penyebab. Seharusnya orang tualah yang melindungi anak dan menjadi contoh yang baik. Jangan justru membuat akar permasalahan bagi anak.

Anak yang salah bergaul

Lingkungan yang berdampak negatif membuat anak menjadi istimewa dan bertingkah tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Dengan salah memilih teman akan membuat anak melakukan hal-hal yang menyimpang.

Anak yang mendapat tekanan dan kekerasan

Anak yang mendapat tuntutan dari orang tua atau peraturan yang mengekang membuat anak menjadi aktif atau pendiam. Dan juga  anak yang sering mengalami kekerasan akan menunjukkan sikap berontak seperti halnya kekerasan yang telah mereka alami.

Langsung bereaksi

Langkah pertama yang perlu dilakukan yakni tidak langsung bereaksi saat anak melakukan sesuatu yang kurang baik menurut kita. Selama ini banyak orangtua yang cenderung langsung bereaksi dan biasanya reaksinya negatif seperti marah.

Padahal perilaku buruk anak biasanya hanya caranya untuk mencari perhatian. Dengan tetap tenang dan diam, ia akan merasa bahwa dengan diam ia akan menyelesaikan masalahnya. Jadi, berikan contoh yang baik untuk anakl.

Memberi label pada anak

Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua adalah memberikan label tidak baik. Orang tua kerap memberikan label “anak nakal” atau “anak cengeng” ketika anak sering rewel.

Padahal dengan nada positif dan dorongan positif akan membantunya untuk mengusir perilaku buruk tersebut. Saat anak melakukan perbuatan misalnya membuat kamar berantakan, orang tua tinggal memberi anak dorongan untuk bisa membereskan sendiri.

Tidak menjadi contoh

Jika orang tua ingin punya anak berperilaku baik, tentu perlu memberikan gambaran pada anak bagaimana caranya bersikap dengan baik.

Di usia 4 hingga 5 tahun, anak masih belum memahami mana yang baik dan tidak. Jadi, ketika ada sesuatu yang terjadi buatlah hal yang seharusnya dilakukan oleh anak. Misalnya saat orang tua marah, jangan sering memberikan contoh buruk seperti berkata kasar. Hal ini akan membuat anak mengikuti kebiasaan marah-marah tersebut.

Tidak memedulikan perasaan anak

Anak berperilaku buruk disebabkan oleh banyak hal. Bisa jadi ada hal yang tidak bisa anak ungkapkan sehingga membuat ia cenderung melampiaskannya dengan hal buruk.

Untuk itu, ada baiknya orang tua sedikit terbuka terhadap perasaan anak. Kita perlu memahami apa yang anak rasakan dan membantunya menyelesaikan masalah yang ia alami.

Tidak konsisten dengan aturan

Biasanya orang tua akan membuat aturan umum seperti batas menonton televisi, jangan main jauh-jauh dari rumah dan aturan-aturan lainnya.

Anak akan berperilaku lebih baik jika ia mengalami hal ini secara konsisten. Jangan sampai aturan dapat berubah-ubah dan membuat anak merasa bahwa melanggar aturan adalah hal yang sah-sah aja. Kebiasaan ini sangat rentan menjadi penyebab anak istimewa.

Tips pintar untuk menghadapi anak yang istimewa :

1. Lakukan pendekatan kepada anak.

Ketika anak rewel, aktif dan susah diatur sebaiknya jangan hadapi dia dengan keras, emosional, dan penuh amarah.

Sebab cara itu tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan yang ada, justru anak akan semakin rewel dan aktif. Jika itu sudah terjadi, maka anda pun akan merasa kerepotan untuk mengurusinya.

Oleh karena itulah harus melakukan pendekatan yang baik, berilah nasehat dengan lembut bahwa apa yang dilakukannya itu tidak baik. Selain itu, sebagai orang tua juga harus menjaga kekonsistenan, jangan sampai goyah karena anak merengek menangis.
Sebagai contoh, ketika anak meminta terus mainan yang harganya mahal, katakan tidak, jika anda sudah mengatakan tidak maka jangan luluh karena tangisannya, melainkan biarkanlah sampai dia pada akhirnya menurut. Dengan demikian, anak akan terbiasa dengan apa yang diajarkan.

2. Tunjukanlah tekat yang kuat terhadap anak.

Selain harus menjaga kekonsistenan, sebagai orang tua juga harus memiliki tekat yang kuat dalam menghadapi anak anda yang memang istimewa.

Ketika anak sedang bertengkar hebat, dan sebagai orang tua sulit untuk melerainya, orang tua harus menunjukan tekad yang kuat. Tentu hal itu sangatlah penting sebab jika kita menyerah, meski pun sebenarnya anak-anak tidak tahu apakah mereka bisa menang atau tidak.

Maka dari itulah, dengan tekad yang kuat secara internal yang dimiliki orang tua akan menjauhkan dari hal-hal yang buruk.

3. Buatlah peraturan yang khusus untuk anak.

Buatlah peraturan khusus yang sebelumnya telah dibicarakan terlebih dahulu dengan anak-anak. Peraturan yang dibuat harus memiliki konskuensi supaya anak dapat berusaha menghindari perbuatan tidak baik tersebut.

Semakin orang tua sabar maka anak-anak akan semakin mudah untuk dikendalikan. Jangan lupa untuk selalu memberlakukan peraturan yang sudah dibuat supaya anak mengingat batasannya. Selain itu, orang tua harus selalu memberikan anak penghargaan pada saat anak melakukan hal-hal yang baik, seperti memberi pujian kepadanya.

4. Tunjukan sikap yang manis dan lembut kepada anak.

Ketika anak kita melakukan hal yang buruk ditempat umum tentu kita sebagai orang tua merasa dongkol dan ingin memarahi anak tersebut.

Namun ternyata tindakan semacam itu sangat salah didalam upaya mendidik anak yang aktif, karena anak akan semakin menangis keras-keras, semakin berontak dan semakin bertingkah yang aktif lagi.

Namun coba berikan sikap yang penuh kelembutan, berikanlah dia pengertian dan berusaha untuk memaafkannya.

Cobalah untuk bertanya pada anak, mengapa melakukan kesalahan, karena terkadang mereka melakukan hal yang salah bukan karena keinginannya sendiri, melainkan karena dorongan dari lingkungan sekitar.

5. Jangan terlalu memanjakan anak.

Tentu kita tahu bahwa sikap memanjakan anak yang ditanamkan sejak dini akan berpengaruh buruk bagi perkembangan anak. Hal itu akan mengakibatkan anak menjadi terbiasa dengan jalan yang mudah ketika dia ingin mendapatkan sesuatu.

Hal tersebut akan terlihat ketika suatu saat nanti keinginannya tidak terpenuhi maka dia akan menunjukan sikap yang membangkang kepada orang tuanya. Maka dari itulah, sebagai orang tua jangan memanjakan anak-anak, tetapi perlakukanlah dia dengan baik dan sewajarnya saja.

6. Berikanlah contoh yang baik untuk anak-anak.

Perlu  diketahui bahwa anak yang masih berada dalam tahap pengembangan dan pertumbuhan akan cenderung menirukan apa yang telah orang lain lakukan. 

Dia sangat mudah menyerap apapun yang terjadi disekitarnya, maka jika ingin anak-anak tumbuh menjadi sosok yang baik, patuh dan tidak aktif, sebaiknya berikanlah contoh dengan baik.

Berikanlah sikap yang baik, jangan berkata yang kasar atau yang buruk ketika dihadapan anak. Selain itu, usahakan untuk menjauhkan anak-anak dari perbuatan-perbuatan yang buruk yang nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhannya.

7. Jangan memberikan label buruk.

Ketika anak anda aktif dan istimewa, maka sebagai orang tua janganlah sekali-kali memberikan label yang buruk pada mereka.

Sebagai contoh “kamu anak yang nakal, bandel, susah diatur.” Justru pemberian label itu akan menjadikan anak semakin buruk, dia beranggapan bahwa sifat yang dimilikinya adalah karakternya, sehingga akan menyusahkan orang tua untuk mendidiknya.

Posting Komentar untuk "Tidak ada anak nakal yang ada ini ..."